Tugas
: MSPM
Nama
: Uyun Yusnisari Taslim
NIM : P00331012035
Kegiatan penyelenggaraan makanan
merupakan bagian dari kegiatan instalasi gizi atau unit pelayanan gizi di rumah
sakit. Sistem penyelenggaraan makanan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit sendiri
secara penuh, dikenal juga sebagai Swakelola.
1. Penyelenggaraan
Makanan Sistem Swakelola
Jika penyelenggaraan makanan
dilakukan dengan sistem swakelola maka instalasi atau unit pelayanan gizi
bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan makanan,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
2. Penyelenggaraan
makanan sistem Out -sourcing
Sistem out-sourcing yaitu
penyelenggaraan makanan dengan memanfaatkan perusahaan jasaboga atau catering.
Sistem out-sourcing dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu semi out-sourcing
dan full out-sourcing. pada sistem semi outsourcing, pengusaha jasaboga selaku
penyelenggara makanan menggunakan sarana dan prasarana milik rumah sakit,
sedangkan pada sistem full out-sourcing pengusaha jasaboga tidak menggunakan
sarana dan prasarana milik rumah sakit melainkan milik perusahaannya sendiri.
Dalam penyelenggaraan makanan dengan sistem semi out sourcing maupun full
out-sourcing, fungsi ahli gizi rumah sakit adalah sebagai perencana menu,
penentu standar porsi dan pemesanan makanan. Selain itu, pada sistem ini ahli
gizi berkewajiban untuk mengawasi kualitas dan kuantitas makanan yang dipesan
sesuai dengan spesifikasi standar hidangan yang telah ditetapkan dalam kontrak.
Perencanaan Menu adalah suatu
kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/
pasien, dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang (Depkes RI,
2003)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Cita Rasa
1. Penampilan
makanan
Makanan menarik di lihat dari
kombinasi warna yang sesuai, bentuk potongan bahan makanan yang serasi dan cara
penyajian yang baik dengan hiasan yang indah. Bila hal-hal tersebut terpenuhi
saat penyajian makanan maka akan menimbulkan selera makan yang melihatnya,
adapun komponen yang mempengaruhi penampilan makanan tersebut adalah :
2. Warna
Makanan
Warna makanan merupakan warna
asli makanan yang masih menarik dan tidak mengalami over cook. Betapa
pun lezatnya makanan, apabila penampilannya tidak menarik waktu di sajikan akan
mengakibatkan selera orang yang akan memakannya menjadi hilang. Warna makanan
memegang peranan utama dalam penampilan makanan, warna makanan yang sesuai dan
menarik harus di gunakan teknik memasak tertentu sesuai dengan bahan
makanannya. Akan jauh lebih baik bila warna makanan berasal dari dalam bahan
makanan itu sendiri atau dari bahan alami, seperti kunyit, daun pandan, kluwak,
dll
3. Tekstur
Tekstur makanan juga mempengaruhi
penampilan makanan pada saat di sajikan, perubahan tekstur dapat mengubah rasa
dan bau yang di timbulkan karena dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya
rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air liur, semakin
kental tekstuar makanan maka akan memberikan rangsangan yang lebih lambat
terhadap indera kita.
4. Bentuk
makanan
Untuk membuat makanan menjadi
lebih menarik biasanya di sajikan dalam bentuk tertentu. Bentuk makanan yang
serasi akan memberikan daya tarik tersendiri bagi setiap makanan yang di
sajikan.
Bentuk makanan yang di sajikan
dapat menjadi beberapa macam bentuk yaitu :
a.
Bentuk
yang sesuai dengan bentuk asli bahan makanan. Misalnya ikan sering di sajikan
dalam bentuk aslinya dengan lengkap, ayam panggang, kambing guling di sajikan
dalam bentuk aslinya.
b.
Bentuk
yang menyerupai bentuk aslinya, tetapi bukan merupakan bahan makanan yang utuh,
ayam kodok misalnya di bbuat menyerupai asli ayam.
c.
Bentuk
yang di peroleh dengan cara memotong bahan makanan dengan tekhnik tertentu atau
mengiris bahan makanan dengan cara tertentu.
d.
Bentuk
sajian khusus seperti Nasi Tumpeng atau bentuk lainnya yang khas.
5. Porsi
makanan
Porsi makanan merupakan ukuran
besar kecilnya ukuran makanan pada saat di sajikan. Porsi makanan yang terlalu
besar atau yang terlalu kecil akan mempengaruhi penampilan makanan saat di
sajikan hingga dapat juga menyebabkan ada atau tidaknya terdapat sisa makanan.
Sungguhpun dalam resep makanan Indonesia porsi baku makanan belum dapat di
perhatikan, penyelenggara jasa boga harus memperhatikan factor berikut ini.
Potongan daging atau ayam ata ikan yang terlalu kecil atau terlalu besar akan
merugikan penampilan makanan, pentingnya porsi makanan bukan saja berkenan
dengan penampilan makanan waktu di sajikan, tetap juga berkaitan dengan
perencanaan dan perhitungan pemakaian bahan.
6. Penyajian
makanan
Penampilan makanan yang di
sajikan akan merangsang indera terutama indera penglihatanyang berkaitan dengan
citarasa makanan itu. Jika penyajian makanan tidak di lakukan dengan baik,
seluruh upaya yang telah di lakukan guna menampilkan makanan dengan citarasa
yang tinggi akan tidak berarti. Penyajian makanan merupakan faktor penentu
dalam penampilan hidangan yang di sajikan.
Ada 3 hal pokok yang perlu di
perhatikan dalam penyajian makanan adalah :
a.
Pemilihan
alat yang di gunakan.
b.
Cara
menyusun makanan / tata letak makanan dalam tempat penyajian.
c.
Penghias
hidangan
Rasa
Makanan
Penampilan makanan mempengaruhi
indera pengelihatan dan untuk rasa makanan ditentukan oleh indera penciuman
yaitu aroma yang ditimbulkan dari makanan dan rangsangan dari indera pengecap,
adapun komponen yang mempengaruhi rasa makanan tesebut adalah :
1. Aroma
Makanan
Aroma dapat didefenisikan sebagai
sesuatu yang dapat diamati dengan indera penciuman. Untuk dapat menghasilkan
aroma, zat-zat aroma harus dapat menguap , sedikit larut dalam air dan dapat
sedikit larut dalam lemak. Aroma makanan yang disebarkan oleh makanan merupakan
merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman
sehingga membangkitkan selera. Aroma yang dikeluarkan oleh setiap makanan
berbeda-beda. Demikian pula cara memasak makanan akan memberikan aroma yang
berbeda pula.
2. Bumbu
Bumbu juga digunakan untuk
membangkitkan selera karena memberikan rasa makanan yang khas, berbagai macam
rempah-rempah digunakan sebagai bumbu masakan. Rasa makanan akan dapat menjadi
lebih lezat bila ditambahkan dengan bumbu.
3. Keempukan
Keempukan makanan selain
ditentukan oleh mutu bahan makanan yang digunakan juga ditentukan
oleh cara memasak. Daging yang berasal dari hewan yang masih muda lebih empuk
jika dibandingkan dengan daging hewan yang sudah tua. Para ahli memasak
menganjurkan untuk mendapatkan daging yang lunak, daging harus di masak dengan
temperature di bawah 150 derajat. Dengan panas yang rendah, daging yang di
masak itu tidak akan terlalu susut akibat kekurangan air.
4. Kerenyahan
Kerenyahan merupakan apabila
makanan yang di masak menjadi kering, tetapi tidak keras sehingga enak dimakan.
Kerenyahan makanan memberikan pengaruh tersendiri terhadap citarasa makanan.
Untuk mendapatkan makanan yang renyah juga diperlukan cara memasak tersendiri.
Cara masak yang salah misalnya menggoreng kerupuk yang salah akan menghasilkan
kerupuk yang keras dan tidak renyah.
5. Tingkat
Kematangan
Tingkat kematangan makanan dalam
masakan Indonesia belum mendapakan perhatian khusus karena umumnya masakan
Indonesia harus di masak sampai benar-benar masak.
6. Temperatur
makanan
Temperatur makanan waktu
disajikan memegang peranan penting dalam penentuan citarasa makanan. Namun
makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin akan sangat mengurangi
sensitifitas saraf pengecap terhadap rasa makanan.
DAFTAR ISI
Mukrie, A, Nursiah, dkk, 1990, Manajemen
Pelayanan Gizi Institusi Dasar, Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi
Pusat Bekerja Sama dengan Akademi Gizi. Depkes RI, Jakarta.
Moehyi,S, 1999, Penyelenggaraan Makanan
Institusi dan Jasa Boga, Bharata. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar